Kamis, 30 April 2009

2) Dari fungsi agenda setting hal ini dapat diberikan suatu penjelasan bahwa kedua surat kabar tersebut sebagai salah satu media massa yang populer di Indonesia tentunya memiliki kesempatan yang sangat luas, bahkan untuk memberitakan suatu peristiwa. Dengan adanya kesempatan tersebut, maka masing-masing penerbit tentunya memiliki misi dan tujuan masing-masing. Sebagai agen berita, setiap media massa akan melakukan proses pengemasan pesan dimana proses tersebut akan mampu menyebabkan sebuah peristiwa atau bahkan orang/organisasi tertentu memiliki citra di kalangan masyarakat sesuai keinginan si penerbit tersebut, baik Republika maupun Suara Pembaruan.

Dalam kasus ini kedua surat kabar tersebut secara tersirat ingin mengetengahkan suatu pemikiran mengenai dukungan terhadap agama/kepercayaan tertentu dengan memanfaatkan cara penulisan, gaya bahasa, simbol-simbol termasuk letak dan gambar artikel untuk membentuk suatu opini khalayak mengenai wacana yang sedang nge-trend. Keadaan tersebut dibumbui dengan pemberian judul yang meyakinkan masyarakat bahwa berita tersebut perlu dibaca dan menghenyakkan benak pembaca.
Namun perlu diperhatikan bahwa media massa sesungguhnya sangat mudah untuk dijadikan sebagai agen politik, sehingga apapun faktor yang mempengaruhi, jika sebuah media sudah menjadi agen politik, maka persoalan obyektifitas dalam pemberitaan politik akan menjadi hal yang krusial. Apalagi karakteristik utama berita adalah pembentukan opini publik. Dengan menjadi saluran komunikasi saja, media dapat menyumbang pada pembentukan opini publik, apalagi jika dijadikan agen politik.

Publik dalam komunikasi politik, khususnya di Indonesia secara umum memiliki keterikatan secara ideologis dengan organisasi/partai atas dasar agama, nasionalisme, ataupun kerakyatan. Pada harian Republika dapat tersirat bahwa pemberitaan mengenai demo anti Israel yang dilakukan oleh PKS yang dipimpin langsung oleh prsiden PKS Tifatul Sembiring adalah bertujuan membela Tifatul dengan harapan terbentuk suatu opini publik untuk mengesampingkan kenyataan bahwa demo tersebut dijadikan ajang kampanye yang berbuntut pelanggaran karena dilakukan sebelum waktunya. Akhirnya opini yang terbentuk adalah demo tersebut merupakan aksi solidaritas terhadap sesama umat Islam sehingga banyak orang yang mau mendukung PKS dalam pemilu nantinya. Melalui tulisan ini diharapkan juga mudah bagi kita untuk menyoroti liputan politik yang memiliki banyak sisi dan terkait satu sama lain, dimanaada kesadaran memilih bahasa dan simbol, adakiat tertentu dalam memilih fakta dan pengemasan pesan dan ada keseiaan memberi ruang atau agenda untuk merilisnya. Selain itu juga PKS tentunya telah memperhitungkan berbagai faktor internal maupun eksternal dari harian Republika, baik itu faktor idealisme yang sama-sama Islam, kepentinagn ekonomi dan politik, maupun ideologis yang ingin dibentuk.

Tidak ada bedanya dengan harian Suara Pembaruan yang memberitakan mengenai dukungan yang kuat terhadap upaya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Kristen suku Batak di dalam pembentukan Propinsi Tapanuli, dengan alasan selama ini hasil produksi daerah/profit yang didapat tidak pernah sampai ke pedalaman Tapanuli karena selama ini dirasa profit yang didapat daerah hanya terganjal di Pemprov Sumatera Utara dan di Medan. Dari artikel tersebut dapat disiratkan bahwa adanya kepentingan di balik suatu pemberitaan yang mengatas namakan solidaritas persamaan agama dan suku, oleh karena itu Suara Pembaruan dipilih oleh para tokoh-tokoh tersebut untuk menyuarakan masyarakat Tapanuli (khususnya yang beragama Kristen) melalui dasar persamaan idealisme.

Selaras dengan metodologi yang dipakai, secara hipotetikal kita dapat mengatakan, jika melalui teks yang dibuatnya sebuah media melakukan pembelaan yang kuat terhadap sebuah kekuatan politik termasuk partai politik maka dapt dikatakan bahwa media itu memiliki tujuan-tujuan politik dan/atau ideologis di balik teks yang dibuatnya. Jika sebuah media lebih mengutamakan peristiwa-peristiwa kontroversial dari sebuah kegiatan politik sebagai komoditas berita tanpa pembelaan ideologis terhadap kekuatan politik itu, media tersebut bisa dikatakan lebih berorientasi pada pasar penjualan atau keuntungan saja. Andaikata media itu lebih mengutamakan kejelasan peristiwa politik tanpa pretensi ideologis dan ekonomis, maka kita dapat simpulkan mungkin media tersebut benar-benar ingin bersikap idealis untuk kepentingan semua golongan. Namun seperti yang telah diterangkan di atas sebelumnya mengenai surat kabar Republika dan surat kabar Suara Pembaruan, kedua-duanya nampak memiliki pembelaan yang sangat mendalam terhadap suatu organisasi politik yang berbasis persamaan agama dan kepercayaan, sehingga kita benar-benar percaya bahwa media massa dapat dijadikan sebagai agen politik untuk meloloskan kepentingan suatu idealisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar