Kamis, 30 April 2009

JAWABAN PENUGASAN STUDI KEPUSTAKAAN

1) Telaahan pribadi mengenai surat kabar Republika dan Suara Pembaruan.
Republika merupakan koran nasional yang diprakarsai oleh kalangan komunitas muslim dan diperuntukkan bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan titik puncak dari sebuah usaha panjang kalangan umat muslim, khususnya para wartawan profesional muda yang dipimpin oleh mantan wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah untuk menghadirkan suatu surat kabar yang bernafaskan Islami dan mencoba untuk memperjuangkan hak-hak kaum muslim dalam berdemokrasi. Kehadiran dan keterlibatan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dalam surat kabar inilah yang mampu menembus pembatasan ketat pemerintah untuk mengeluarkan ijin penerbitan dan akhirnya saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah, sehingga harian Republika terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993. Harian Republika diterbitkan pertama kali oleh perusahaan PT Abdi Bangsa. Namun setelah BJ Habibie tidak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, maka pada akhir tahun 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. PT Abdi Bangsa selanjutnya menjadi holding company, dan kemudian koran Republika berada di bawah naungan PT Republika Media Mandiri yang merupakan salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan majalah ‘Golf Digest’, koran berbahasa mandarin ‘Harian Indonesia’, majalah ‘Parents’, majalah ‘a+’, radio ‘Jak FM’, dan ‘JakTV’. Selain itu Mahaka Media juga melakukan kolaborasi dengan kelompok radio ‘Prambors’, terutama radio ‘Female’ dan ‘Delta’. Walau telah berganti kepemilikan, Republika tidak mengalami perubahan visi maupun misi. Namun harus diakui dengan adanya perbedaan gaya dibandingkan dengan terbitan sebelumnya, dimana hal itu dapat dilihat dari sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena itu, secara bisnis, koran ini terus berkembang. Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran nasional untuk komunitas muslim.

Suara Pembaruan pertama kali diterbitkan pada tanggal 27 April 1961 dengan nama Sinar Harapan yang dikelola oleh PT. Sinar Kasih. Pada tahun 1986 harian umum ini dicabut ijin terbitnya oleh pemerintah Orde Baru. Namun HG Rorimpandey selaku pemimpin umum, terus mencari dan menggalang dana serta cara untuk dapat kembali menerbitkan Sinar Harapan. Jerih payah tersebut membuahkan hasil ketika pada tanggal 4 Februari 1987 pengelola diijinkan kembali menerbitkan koran dengan nama baru yaitu Suara Pembaruan dengan nama penerbit baru yakni PT. Media Interaksi Utama setelah melalui negosiasi yang panjang dengan pihak pemerintah, dan tentunya susunan personalia redaksi juga baru. Koran baru ini memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dengan koran sebelumnya termasuk logo dan rubrikasinya. Setelah era reformasi, beberapa pihak di internal Suara Pembaruan keluar dan menerbitkan kembali Sinar Harapan, dan hingga saat ini kedua koran yang pada dasarnya dari akar yang sama menjadi bersaing di pasar koran sore. Suara Pembaruan sendiri terbit setiap hari dengan edisi Minggunya sudah diedarkan di pasar bersamaan dengan edisi Sabtu sore. Tidak seperti edisi hariannya yang penuh dengan berita berat seperti politik, ekonomi, hukum dan lain-lain, edisi Minggu Suara Pembaruan bercorak lebih santai dan lembut. Beritanya dikemas lebih ringan untuk menemani akhir pekan para pembacanya. Sejak tahun 2006, Suara Pembaruan memiliki kemitraan strategis dengan Globe Media Group, sebuah grup penerbit yang mengelola beberapa media cetak diantaranya adalah koran bisnis Investor Daily, Majalah Investor, majalah Globe Asia, dan koran berbahasa Inggris The Jakarta Globe. Seperti halnya koran-koran mainstream pada umumnya, Suara Pembaruan terbit dalam versi cetak, versi online (www.suarapembaruan.com) dan versi e-paper (epaper.suarapembaruan.com). Peredaran Suara Pembaruan meliputi sekitar 85% di Jabodetabek dan 15% di kota-kota lain di Indonesia. Banyak kalangan menilai Suara Pembaruan adalah koran sore terbesar di Indonesia. Menurut Nielsen Media Research, profil pembaca Suara Pembaruan adalah pria (67%), usia 30-39 tahun (51%), usia 20-29 tahun (38%), SES A1, A2 (40%), white collar (56%), blue collar (25%), pendidikan SLTA (58%) dan universitas (25%). Dari kontennya dapat terbaca bahwa Suara Pembaruan merupakan koran berbasis nasrani, dimana hal tersebut dapat dilihat dari artikel-artikelnya yang cenderung mendukung umat kristiani.

Dari kedua surat kabar tersebut didapat persamaan yaitu kedua-duanya sangat menghindari artikel dan posting gambar yang menjurus pornografi, selain itu juga sama-sama memuat kritik terhadap pemerintah dan juga berita disampaikan dengan gaya bahasa yang santun dan tidak vulgar. Nada-nada kalimat yang disampaikan juga halus disertai judul dengan ritme yang datar/tidak meninggi, dengan harapan pembacanya dapat menerima pesan yang disampikan secara lebih santai namun mengena pada intinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar